Selasa, 02 November 2010

Merapi, Mentawai, Banjir di Jakarta, Banjir Bandang di Wasior, Krakatau : Bencana atau cobaan??

Well, hello again guys. Beberapa hari belakangan ini, seperti yang kita tau semuanya, Indonesia dilanda bencana bertubi-tubi. Gunung Merapi di Jogja meletus, Tsunami di Mentawai, Banjir di Jakarta, dan Gunung Krakatau beserta anak-anaknya yang memasuki kondisi siaga.
Buat yang mau tau kondisi terakhir gunung merapi tanggal 2 November 2010, bisa klik link ini

Tsunami di Mentawai juga bukan berita yang bagus. Pulau kecil di kawasan Sumatera Barat ini dilanda tsunami selang beberapa waktu peringatannya di cabut. Inilah kondisi Mentawai setelah tsunami.
Mentawai, pulau kecil yang indah banget. Temen-temen bisa search di Google dan lo semua bisa liat keindahan pulau Mentawai yang eksotis itu sebelum dihempas gelombang tsunami. Ga ada yang rela pantai secantik itu jadi porak-poranda. Tapi se-ngga ikhlasnya manusia, tetep aja kita ga bisa apa-apa kalo Tuhan udah berkata lain.

Bencana di Mentawai ini menimbulkan kontroversi setelah Ketua Dewan Rakyat yang terhormat, Marzuki Alie mengeluarkan statement yang bikin kuping gatel. Seperti yang gue kutip dari kompas.com inilah pernyataan beliau menanggapi kasus tsunami di Mentawai
”Mentawai itu, kan pulau. Jauh itu. Pulau kesapu dengan tsunami, ombak besar, konsekuensi kita tinggal di pulaulah,” kata Marzuki (Kompas.com, 27/10/2010). ”Kalau tinggal di pulau itu sudah tahu berisiko, pindah sajalah. Namanya kita negara di jalur gempa dan tsunami luar biasa. Kalau tinggal di pulau seperti itu, peringatan satu hari juga tidak bisa apa-apa.”
Alright guys, silahkan menilai sendiri, pantes ga seorang DEWAN RAKYAT berbicara seperti itu, dan pantes ga seorang yang berpendidikan tinggi menanggapi musibah yang menimpa sesamanya dengan pernyataan kaya gitu. Gue ga akan menghakimi siapapun disini.

Wasior, daerah yang tertimpa bencana, tapi publik hampir lupa. Daerah ini terkena banjir bandang beberapa waktu lalu. Menurut Walhi, penyebabnya karena eksploitasi hutan di hulu tanpa penanaman kembali yang dilakukan oleh 2 perusahaan besar. Saking fokusnya ke Merapi dan Mentawai, publik sampe lupa sama orang-orang yang sedang diuji Tuhan di Wasior. Semoga pemerintah ga lupa untuk menolong mereka yang di Wasior. *mengheningkan cipta*

Di Serang, Banten, Orang-orang udah mulai siap siaga mengantisipasi meletusnya Anak Krakatau. Gunung yang mempunyai 18 anak ini Mungkin gunung ini ga mengenal adanya KB mulai memuntahkan lava pijar dengan kekuatan lontaran sekitar 100 - 150 meter dari titik letusan. Buat lebih jelasnya, silahkan klik ini.
Masyarakat di sekitar gunung itu udah mulai waspada. Denger-denger, Merapi juga bagian dari anaknya si Krakatau ini. Jadi, kalo Merapi bergejolak, maka anak-anak Krakatau yang lain juga akan bergejolak. Mungkin mereka punya hubungan batin yang kuat. Dan kalo Krakatau dan anak-anaknya meletus, kemungkinan Jakarta akan tenggelam akibat naiknya permukaan laut sementara permukaan tanah di Jakarta semakin turun. Air Laut dan Gunung saling berhubungan? Apa hubungannya?? Apakah air laut adalah ayah dari anak Krakatau?? mulai ngaco Dan jawabannya tentu saja BUKAN ya iyalahMySpace Buat kalian yang ga tau alasannya, mungkin bisa tanya guru geografi kalian buat yang sekolah, atau nge search di google, atau kalo perlu, bertanyalah kepada dukun seperti Madam X

Lain di Mentawai, Wasior, dan Merapi, lain juga di Jakarta. Ibukotanya Indonesia ini terkena banjir beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 18 - 19 Oktober 2010 kemaren. Ujan yang gede banget bikin aktivitas Jakarta mati total. Gue adalah salah satu korban banjir yang kemaren MySpace. Rumah gue emang ga kena banjir, tapi gue jadi ga bisa pulang dari kampus gara-gara banjir di depannya. Maklum, Grogol selain terkenal dengan rumah sakit jiwanya, terkenal juga dengan kolam renang alami pada saat hujan deras mengguyur dalam kurun waktu 1 jam.
Hari itu gue dan si Icha terdampar di kosannya Wulan dan melihat pantai buatan di depan kosan. Pantai berwarna hitam lumpur dengan plastik, kecoa, daun kering, dan ikan-ikan kecil yang berenang di air banjir yang mirip pantai itu. Damnly awful. Tapi, untuk menghibur diri, gue ngeliat itu sebagai pantai yang pindah, bukan genangan air yang menghalang gue buat pulang.

Lalu lintas Jakarta lumpuh total. No busway, argo taksi menggila, no patas, no kopaja, dan ga ada angkot-angkot manapun yang lewat. Mungkin abang-abang angkot lebih prefer bobo dirumah sambil melukin boneka winnie the pooh di kasurnya. Benar-benar unyu. Ga cuma angkot yang pada menghilang, Temen gue yang rumahnya di Tebet menepuh perjalanan selama 8 jam dari Cilandak. Normalnya, mungkin sekitar 30 menit atau satu jam paling lama.

Besok paginya, Jakarta udah surut. Gue berangkat ke kampus lagi setelah numpang pulang bentaran. Sialnya, jam1 ujan gede dan banjir lagi. Gue sama Sai menerjang banjir, dan sayangnya, Sai kecebur ke dalem lobang yang dalem dan jatoh, Ipodnya konslet, kalkulatornya ga nyala, kertasnya basah, Jadilah kita ganti baju dan mnjem baju wulan. Ujan masih terus mengguyur, Gue pun ga peduli mau banjir segede apa, yang penting gue pulang. Gue nunggu busway sampe hampir 2 jam. Normalnya, dari grogol ke rumah gue perjalanan sekitar 1 jam, tapi kemaren gue terjebak di Jakarta yang maha macet selama sekitar 4 jam. Oh my Gosh, benar-benar hari yang berwarna.

Teman-teman, coba kalian pikirkan baik-baik. Menurut pendapat kalian, kejadian yang bertubi-tubi ini sebuah cobaan, hinaan, kemarahan, atau bencana buat Indonesia?? Buat gue, peristiwa itu di kategorikan dengan cara pandang kita sendiri. Kalo kita anggap ini adalah kemarahan Tuhan karena kita lupa sama Beliau, mungkin iya. Kalo kita anggep ini karena ulah kita sendiri, mungkin iya. Kalo kita anggep ini sebagai sebuah ujian untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, mungkin iya.

Semua adalah mungkin. Yang bisa kita lakuin sekarang hanya berdoa, bertanya, dan berempati. Berdoa kepada Tuhan, Bertanya pada diri sendiri, manusia dengan kualitas seperti apakah kita, dan berempati dengan menolong sesama. Sekarang bukan jamannya cuma ngomong. Sekarang saatnya action. Manusia dengan motto NATO *No Action Talk Only* cuma berakhir di tong sampah dan terdampar dengan kata-kata yang mereka keluarkan dulu. Manusia yang cuma NATO lebih banyak punya musuh daripada pendukung, manusia yang cuma bisa NATO pantesnya idup di Pulau terpencil di Karibia. Dimana cuma Tuhan, angin, pohon, pasir, dan air laut yang dengerin omongan dia.

2 komentar: